Leverage
Operasi Dan Leverage Keuangan
LEVERAGE DAN LAPORAN
RUGI LABA
Laporan keuangan berupa
laporan rugi laba P.T. ABC seperti tampak berikut ini membuat dua macam laporan
rugi laba yaitu:
1. Laporan
rugi laba bentuk tradisional
2. Laporan
rugi laba yang sudah di modifikasi
Bentuk
tradisonal menunjukan berbagai katagori biaya secara terpisah, biaya operasi
meliputi harga pokok penjualan dan biaya umum, administrasi dan biaya
pemasaran. Bunga, deviden saham prefgeran yang merupakan biaya modal ditunjukan
secara terpisah seperti halnya pajak penghasilan
Table
5.1.
PT
ABC
Laporan
rugi laba
Per
31 desember 2005
(dalam
ribuan rupiah)
Penjualan bersih Rp10.000.000
Harga pokok penjualan Rp5.000.000
Laba kotor Rp5.000.000
Biaya pemasaran Rp1.600.000
Biaya administrasi dan umum Rp1.400.000 Rp3.000.000
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Rp2.000.000
Bunga pinjaman Rp500.000
Laba sebelum pajak (EBT) Rp1.500.000
Pajak penghasilan (40%) Rp600.000
Laba setelah pajak (EAT) Rp900.000
Deviden saham preferen Rp300.000
Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa Rp600.000
Laba perlembar saham (EPS)- 100.000 saham Rp6.000
Benruk yang
dimodifikasi sangat bermanfaat dalam analisis leverage karena membagi biaya kedalam
dua katagori, biaya variable dan biaya tetap.
OPERATING DAN FINANCIAL
LEVERAGE
Apabila perusahaan
memiliki biaya operasi tetap atau modal tetap maka di katakan perusahaan
menggunakan leverage.
Dengan
menggunakan operating leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjulan
akan mengakibatkan perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multilier effect hasil penggunakan biaya
operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest And Taxes= EBIT) disebut dengan tingkat
leverage operasi (degree of operating leverage = DOL).
Sementara itu perubahan yang menggunakan sumber dana
dengan beban tetap dikatakan bahwa perusahaan mempunyai leverage keuangan
(financial leverage). Dimana diharapkan agar terjadiperubahan laba perlembar
saham ( earning per share = EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba
sebelum bunga dan pajak (earnig before interest and taxes) multiplier effect
yang dihasilkan karena penggunaan dana dengan biaya tetap ini disebut dengan
tingkat leverage keuangan ( degree of financial leverage = DFL).
Kita
memiliki rumus DOL yang sebenarnya akan memperoleh hasil yang sama yaitu:
|
Contoh:
laporan laba tugi PT ABC terang
Diketahui
bahwa biya operasi variable sebesar Rp6.000.000.000 kemudian tingkat penjulan
Rp10.000.000.000 maka rasio biaya opesari variable adalah
=
(Rp6.000.000.000/Rp10.000.000.000) = 0.60 atau 60%.
Sekarang
katakana lah penjulan meningkat 10 persen menjadi Rp11.000.000.000 maka biaya
variabel akan menjadi Rp6.600.000.000. angkaplah biaya tetap operasi tidak
berubah Rp2.000.000.000 maka perubahan penjualan sebesar 10% akan mengakibatkan
EBIT menjadi Rp2.400.000.000.
.
DOL
sebesar 2,00 x berarti bahwa setiap perubahan 1 % penjualan atas dasar
Rp10.000.000.000 akan mengakibatkan perubahan EBIT sebesar 2 % dengan arah yang
sama. Atau dengan kata-kata lain, kenaikan penjualan sebesar 10 % akan
mengakibatkan kenaikan EBIT sebesar 2 x 10%= 20%. Dengan penurunan penjualan
sebesar 10% akan mengakibatkan penurunan EBIT 2 x 10% = 20%.
Table 5.3.
PT ABC
Laporan rugi laba
Per 31 desember 2005
(dalam jutaan ruipiah)
Pengaruh kenaikan penjualan 1 2 %
Penjualan bersih 10.000 11.000 10%
Biaya operasi variabel 6.000 6.600 10%
Biaya operasi tetap 2.000 2.000 0%
8.000 8.600
Laba sebelum bunga dan
pajak 2.000 2.400 20%
Bunga pinjaman 500 500 0%
Laba sebelum pajak 1.500 1.900 27%
Pajak penghasilan 600 760 27%
Laba setelah pajak
(EAT) 900
1.140 27%
Deviden saham preferen
laba yang tersedia 300 300
bagi pemegang
saham biasa 600 840 40%
laba perlembar saham
100.000 lembar saham 6.000 8.400 40%
HUBUNGAN
ANTARA TINGKAT LEVERAGE OPERASI (DEGREE OF OPERATING LEVERAGE = DOL ) DENGAN
ANALISIS TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT ANALYSIS)
Karena kedua nalisis
ini memiliki unsir-unsur yang sama yaitu ada penjualan, biaya variabel dan
biayatetap. Untuk mengingatkan kembali mengenai titik impas rumusnya adalah;
Sedangkan DOL :
Dengan menggunakan
analisi titik impas (break even point) bisa diperhitungkan efek dari perubahan
harga jual, biaya tetap dan biaya variabel, terhadap EBIT. Oleh sebab itu
dikatakan pula, bahwa analisis titik impas (breack even point analysis)
meupakan alat untuk menganalisa tingkat leverage operasi (degree of operating
leverage = DOL).
RISIKO
FINANSIAL DAN LEVERAGE FINANSIAL
Leverage financial adalah
penggunaan sumber dana yantg memiliki beban tatap dengan harapan akan
memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya
sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Contoh:
Dengan data yang sama
PT ABC maka setiap kenaikan EBIT 20% dari Rp2.000.000.000 menjadi
Rp2.400.000.000 akan mengakibatkan kenaikan EPS 40 % dari Rp6.000 menjadi
sebesar Rp8.400 atau sebaliknya penurunan EBIT sebesar 20% dari Rp2.000.000.000
menjadi 1.600.000.000 akan menurunkan EPS 40% dari Rp6.000 menjadi sebesar
Rp3.600.
Table 5.4
EPS untuk berbagai
tingkat EBIT
(dalam jutaan rupiah)
Alternative
EBIT 1 2 3 4
EBIT Rp 800 Rp 1.000 Rp1.200 Rp1.600
Bunga pinjaman Rp250 Rp250 Rp250 Rp250
Laba sebelum pajak Rp550 Rp750 Rp950 Rp1.350
Pajak (40%) Rp220 Rp300 Rp380 Rp540
Laba setelah pajak Rp330 Rp450 Rp570 Rp810
Deviden saham preferan Rp150 Rp150 Rp150 Rp150
Laba rugi pemegang
saham biasa Rp180 Rp300 Rp420 Rp660
Laba per lembar saham
(EPS)
Rp100.000 lembar Rp1,80 Rp3,00 Rp4,20 Rp6,60
Degree financial
leverage (DFL) seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah perubahan laba per
lembar saham (EPS) karena perubahan laba sebelum bunga dan pajak. Atau rasio
antara perubahan EPS dibandingkan dengan persentase perubahan EBIT
|
Dengan menggunakan
informasi pada table 5.4 maka besarnya degree of financial leverage (DFL) pada
saat laba sebelum bunga dan pajak Rp1.000.000.000, EPSnya adalah Rp3.000. pada
EBIT Rp1.200.000.000 maka EPS Rp4.200. dengan memasukan ke persamaan 5.5 akan
diperoleh degree of financial laverage
|
COMBINED
LEVERAGE DAN OVERALL RISK
Leverage kombinasi
terjadi apabila perusahaan memiliki baik leverage operasi maupun leverage
financial dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham
biasa. Degree of combined leverage adalah multiplier effect atas perubahan laba
per lembar saham (EPS) karena perubahan penjualan. Dengan kata lain degree of
combined leverage adalah rasio antara persentase perubahan EPS dengan
persentase perubahan penjualan.
|
Yang dapat diformulasikan menjadi :
∆EPS
EPS
DCL pada X =
∆
Penjualan
Penjualan
ATAU DCL
= DOL x DFL
Setelah menghitung
nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari perhitungan DCL. DCL dapat
diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan
berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi DCL menunjukkan tingkat sensitivitas
volume penjualan terhadap EPS.
Seperti halnya
degree of operating leverage dan degree of financial leverage, maka degree of
combined leverage juga mengukur resiko perusahaan secara keseluruhan, baik
risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor yang ingin menanamkan
dananya dalam hubungannya untuk
menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL tinggi berarti resiko
perusahaan secara keseluruhan juga tinggi maka investor juga akan tingkat
keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata lain perusahaan yang menggunakan
excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi pula kemudian
beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset keuntungan karean
penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang excessive akan
menyebabkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai perusahaan juga
kemakmuran pemegang saham menurun.
Contoh
Soal
The Corciva Inc. mempunyai data penjualan payung sebagai
berikut :
-
Harga
jual payung $50/unit.
-
Harga
variabel sebesar 10% dari harga jual dan biaya tetap sebesar $3000.
Hitunglah :
- Jika pada tahun 2004 terjual 1000 unit payung, berapakah DOL ?
- Jika interest yang harus dibayar sebesar $5000, berapakah DFL ?
- Berapakah DCL perusahaan ?
Jawab :
- DOL = CM = 1.000($50-$5) = 45.000 = 1,07
EBIT 1.000(45)-3000 45.000-3.000
Artinya :
perubahan te rhadap 1%
penjualan akan mempengaruhi perubahan sebesar 1,07% pada operating income.
- DFL = EBIT = 42.000 = 1,14
EBIT –
INTEREST 42.000 – 5.000
Artinya
: perubahan 1% pada EBIT mempengaruhi perubahan EPS sebesar 1,14%.
- DCL = DOL x DFL = 1,07 x 1,14 = 1,22
Artinya
: setiap perubahan 1% penjualan akan mempengaruhi perubahan pada EPS sebesar
1,22%.
- Jika ditargetkan penjualan naik 10% pada satu tahun mendatang, maka diperkirakan EBIT perusahaan naik sebesar 10,7% (1,07 x 10%) dan EPSnya diperkirakan naik sebesar 12,2% (1,22 x 10%, atau 1,14 x 10,7%)
A. ANALISIS
BREAK-EVEN
Banyak perencanaan
kegiatan dalam perusahaan yang didasarkan atas perkiraan tingkat output.
Pemahaman hubungan antara skala perusahaan, biaya operasi dan EBIT pada
berbagai tingkat output disebut analisis volume biaya laba atau cost profit
volume analisis yang sering disebut juga dengan break event analysis atau
analisis break event. Suatu perusahaan mencapai kondisi keuangan yang break
even ketika hasil penjualannya sama dengan biaya operasinya. Hubungan antara
pendapatan penjualan, biaya dan laba dapat diilustrasikan dengan gambar di
bawah ini.
Biaya, Pendapatan
(Rp)
Pendapatan
Total
Biaya
Total
BEP
Biaya Variabel
Biaya
Tetap
Q1 Qb Q2 Output
Jika dikaitkan
dengan raporan laba-rugi terhadap konsep biaya dalam ekonomi dapat dijelaskan
dengan gambar sebagai berikut:
B. LAPORAN
LABA-RUGI
Sales xxx TR
COGS (xxx) VC
GROSS PROFIT xxx
Administrative expenses (xxx)
Other cash expenses (xxx)
Depreciation expenses (xxx)
EBIT xxx Laba
Interest exopenses (xxx)
EBT xxx
Tax (%) (xxx)
EAT xxx
Biaya-biaya yang
lain sebelum EBIT adalah biata tetap (FC). Atas dasar konsep biaya dan pendapatan
di atas maka analisis break pont dapat dilakukan.
Operating
Break Even
Adalah untuk
menentukan besarnya penjualan yang akan memperoleh laba operasi (EBIT) mencapai
brerak even.
Dan
atau
Cash
Break Even
Pada komponen biaya
tetap (FC) terdapat biaya depresiasi yang merupakan non cash expense, jika
biaya depresiasi dikeluarkan dari biaya tetap maka dapat dihiting cash break
even.
atau
KESIMPULAN
1.
Analisi operating laverage dapat
membentuk pimpinan untuk mengambil keputusan sejauih mana peningkatan penjulan
berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan. Dngan menghitung tingkat
operating lavarage dapat diketahui bahwa semakin tinggi DOL, makin besar
pengaruh yang di berikan oleh perubahan output terhadap laba.
2.
Analisis financial leverage menjelaskan
tentang bagaiumana pembelajaan kebutuhan dana dilakukan agar memberikan efek
yang menguntungkan terhadap laba per lembar saham (EPS) dan rentabilitas modal
sendiri (ROE). Dengan menentukan tingkat financial leverage dapat diketahui
bahwa semakin besar DFL, semakin besar pula pengaruh yang diberikan oleh
perubahan EBIT terhadap laba per lembar saham (EPS).
3.
Dengan menghitung titik kesamaan
(indifference point), dapat ditentukan bagaimana sebaiknya pemenuhan kebutuhan
modal diperoleh. Jika EBIT diperkirakan diperoleh lebih tinggi dari pada EBIT
pada titik kesamaan, maka pembelanjaan sebaiknyadilakukan dengan menggunakan
utang [(obligasi)= debt financing]. Sebaliknya jika EBIT yang kan diperoleh
diperkirtakan akan lebih kecil dari pada EBIT pada titik kesamaan maka
sebaiknya pemebelanjaannya dilakukan dengan menjual saham (stock financing).
4.
Perbedaan tingkat EBIT yang dapat
dicapai perusahaan, mempunyaio efek pendapatan yang berbeda baik terhadap EPS
maupun terhadap RMS (ROE) pada berbagai leverage factor atau kehilangan
pembelanjaan antara obligasi dan saham.
Pembahasan soal-soal:
Soal
1
PT
Rajawali NusantaraIndonesia ingin meningkatkan kapasitas perusahaan menjadi 2
(dua) kali dengan harapan adanya kenaikan permintaan pasar terhadap produk yang
dihasilakan. Untuk itu diperlukan tambahan modal, dengan alternative pembelanjaan
sebagai berikut;
a. Saham
biasa dengan Rp600 per lembar
Price earning ratio (PER) akan menjadi 25 x bila
menggunakan saham biasa.
b. 8%
obligasi. Price earnig ratio akan menjadi 20 x, jika menggunakan data neraca
saat ini diketahui:
PT
Rajawali Nusantara Indonesia
NERACA
Per
31 desember 2009
(Dalam ribuan)
Utang
obligasi Rp200.000
Saham
biasa Rp300.000
Laba
ditahan Rp100.000
Total aktiva Rp600.000 total
passive Rp600.000
Anggaplah
bahwa laba sebelum bunga dan pajak adalah 12% dari penjulan sedangkan pajak
penghasilan perusahaan ditetapkan 50%. Selain itu dapat diketahui; harga jual
per unit Rp100.000, biaya variabel per unit Rp40.000, total biaya tetap
Rp2.400.000.000, kuantitas diproduksi san dijual 50.000 unit.
Ditanyaakan
dari data di atas:
a. Berapa
harga pasar yang diharapkan pada penjulan sebesar Rp1.000.000.000,
Rp5.000.000.000, Rp10.000.000.000 dengan dua alternative pembelanjaan
(pembelanjaan dengan utang (obligasi) atau pembelanjaan dengan menerbitkan
saham).
b. Buatlah
grafik titik kesamaan (indifference point chart) untuk laba per lembar saham
(EPS) dalam 2 alternatif pembelanjaan.
c. Pada
penjulan Rp5.000.000.000, hitunglah:
1. Tingkat
leverage operasi (degree of operating leverage = DOL)
2. Tingkat
lecverage financial (degree of financial
leverage = DFL)
3. Tingkat
leverage kombinasi ( degree of financing leverage = DOL).
Khusus untuk c.2 dan c.3 dengan anggapan:
a. Tanpa
tambahan dana
b. Tambahannya
dengan hutang
c. Tambahannya
dengan saham biasa.
Jawaban:
a.
1. Pembelanjaan dengan uang (dalam
ribuan):
Penjualan Rp1.000.000 Rp5.000.000 Rp10.000.000
Laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT)Rp120.000 Rp600.000 Rp1.200.000
Bunga
: 4% x Rp200.000
8% x Rp600.000 +
Rp56.000 Rp56.000 Rp56.000
laba
sebelum pajak (EBT) Rp64.000 Rp544.000 Rp1.144.000
Pajak
penghasilan : 50% Rp32.000 Rp272.000 Rp572.000
Laba
setelah pajak (EAT) Rp32.000 Rp272.000 Rp572.000
Laba
per lembar saham (EPS) Rp10.70 Rp90.70 Rp190.70
Jumlah
saham beredar:
3.000.000
lembar
Harga pasar saham Rp214 Rp1.014 Rp3.814
Penjelasan:
a. Obligasi
8% x Rp600.000.000 = Rp48.000.000,
Rp600.000.000 merupakan tambahan modal yang
diperlukan. Peningkatan 2 x berarti perlu tambahan Rp600.000.000.
b. Harga
pasar = laba per lembar saham (EPS) x price earning ratio (PER)
2.pembelanjaan
dengan saham biasa (dalam ribuan):
Penjualan Rp1.000.000 Rp5.000.000 Rp10.000.000
Laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT)Rp120.000 Rp600.000 Rp1.200.000
Bunga
: 4% x Rp200.000
8% x Rp600.000 +
Rp8.000 Rp8.000 Rp8.000
Laba
sebelum pajak (EBT) Rp112.000 Rp592.000 Rp1.192.000
Pajak
penghasilan: 50% Rp56.000 Rp296.000 Rp596.000
Laba
setelah pajak Rp56.000 Rp296.000 Rp596.000
Laba
perlembar saham (EPS) Rp14 Rp74 Rp149
Jumlah
saham beredar :
3.000.000
lembar +1.000.000lembar
Harga saham biasa Rp350 Rp1.850 Rp3.725
Penjelasan:
SUMBER
:
-
Dr.Ir.Agus Zainul Arifin, MM ; “Manajemen Keuangan”
-
Prof.Dr.Ahmad Rodoni & Herni Ali,
HT, SE, MM ; 2010 “Manajemen
Keuangan”,edisi I, JAKARTA : Mitra
Wacana Media
-
Prof.Dr.Dermawan Sjahrial, MM ;2010 “Manajamen Keuangan”. Edisi 4, Jakarta :
Mitra Wacana Media
thanks :)
BalasHapuskok gambarnya gak bisa kebuka mas?
BalasHapusmbak tolong bantu saya , saya kurang paham dol dan dfl , saya salah ambil judul sktipsi , plese mbak , boleh mintak NO. wa nya
Hapus2. PT. Rindy memiliki contribution margin (harga jual – biaya variabel) sebesar Rp 300,- per unit, biaya tetap sebesar Rp 6.000.000,- dan menjual sebanyak 100.000 unit. Beban bunga adalah Rp 10.000.000,- per tahun.
BalasHapusPT. Ricky mempunyai contribution margin sebanyak Rp 1.500,- per unit, biaya tetap sebanyak Rp 62.500.000,- dan menjual 100.000 unit. Beban bunga Rp 17.500.000,- per tahun.
Kedua perusahaan tersebut mempunyai tarif pajak penghasilan (PPh) yang sama yaitu 40 %.
Diminta :
a. Hitunglah DOL dan DFL PT. Rindy
b. Hitunglah DOL dan DFL PT. Ricky
Kalau soalnya begini penyelesaiannya gimana ya ..
Gambarnya ada yang tidak terbuka ka?
BalasHapus